Kilau Emas Di Antara Gunungan Sampah

Wahai, kalian para penagih uang sewa, janganlah seperti Sopeap yang terkenal seperti anjing buduk yang suka menggonggong, binatang yang mengganggu tapi tidak menggigit, menunjukkan giginya dengan geraman yang dalam, tatapannya kelabu dan dingin, saat menagih uang sewa.

Begitulah yang dibayangkan oleh Sang Ly saat melihat Si Penagih Sewa menghampiri gubuknya. Sang Ly dan keluarga kecilnya, serta seluruh warga Stung Meanchey cukup mengenal Sopeap sebagai seorang penagih sewa yang kasar dan suka mabuk.

Suatu hari Sopeap bermaksud menghampiri gubuk Sang Ly untuk menagih kekurangan uang sewa. Begitu tiba di gubuk Sang Ly, Sopeap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Anak Sang Ly sedang memegang buku lusuh, kotor dan telah sobek di beberapa bagian. Tanpa berbicara sedikit pun, Si Penagih Sewa mendekati anak Sang Ly dengan ekspresi wajah yang memancarkan kerinduan seperti kepada kekasih yang telah lama pergi.

Kemudian Sopeap mengambil buku itu dengan antusias. Ia melihat buku itu, membuka halamannya dan terlihat sangat mengenali isinya. Sang Ly yang melihat kejadian tak terduga itu tidak berani menegur apa lagi merebut buku anaknya. Dari kejadian itu Sang Ly menduga bahwa Sopeap bisa membaca. Tapi Sang Ly heran, mengapa orang yang suka mabuk dan tinggal di lokasi pembuangan sampah bisa membaca.

Ya, Sang Ly dan keluarga kecilnya tinggal di tempat pembuangan sampah. Setiap bulan ia harus membayar sewa kepada Sopeap dan harus bersiap-siap jika suatu saat Sopeap mengusirnya karena tidak bisa membayar sewa. Akan tetapi sepertinya hal itu tidak akan terjadi. Melihat kejadian aneh pada Sopeap, Sang Ly justru merasa bersyukur karena uang sewa bulan ini dianggap lunas oleh Sopeap. Sebagai gantinya, Sang Ly harus memberikan buku itu kepada Sopeap.

Membaca novel ini membuat saya semakin cinta dengan literasi. Dengan latar di lokasi pembuangan sampah dan kehidupan sebuah keluarga yang bisa dibilang kurang beruntung, belajar membaca merupakan suatu kegiatan mewah yang tidak pantas dilakukan oleh seorang pemulung. Namun, itu tidak berlaku bagi Sang Ly. Ia bertekad ingin belajar membaca demi harapan dan masa depan anaknya nanti.

Novel dengan genre keluarga ini sangat cocok dibaca oleh semua kalangan. Biasanya buku terjemahan yang pernah saya baca membuat saya sulit memahami jalan ceritanya, tapi untuk buku ini saya sangat menikmati. Bahasanya mudah dipahami dan tidak berbelit-belit.

Dari novel ini terlihat sekali hubungan Sang Ly dan Ki Lim, suaminya, begitu indah dan harmonis. Siapa bilang tinggal di tempat pembuangan sampah tidak bisa memiliki keluarga yang harmonis? Keluarga Sang Ly dan Ki Lim adalah buktinya. Keluarga kecil ini saling menghormati dan menghargai pasangan, serta sangat menyayangi anak mereka satu-satunya yang berusia satu setengah tahun tapi belum bisa berjalan dan sakit-sakitan.

Sebagai keluarga kecil yang mencari uang dengan memulung sampah setiap harinya, Sang Ly dan Ki tidak pernah berkata kasar, Sang Ly patuh pada suaminya, Ki juga menghargai dan mendukung istrinya yang ingin belajar membaca. Meskipun awalnya Ki menolak dan ragu akan keputusan Sang Ly untuk berlajar membaca dengan Si Penagih Sewa, akhirnya Ki mendukung istrinya itu.

Sopeap mengajar Sang Ly dengan baik. Sebagai bayarannya, Sang Ly harus menyediakan sake untuk gurunya itu. Kebiasaan mabuk Sang Guru belum juga bisa hilang. Sang Ly termasuk murid yang pintar bagi Sopeap. Setelah bisa membaca, Sang Ly masih saja haus akan ilmu. Sang Ly minta diajarkan tentang literatur. Sopeap memberi banyak PR kepada Sang Ly dan menyuruhnya mencari bahan bacaan berupa literatur. Sang Ly pun mulai mencari sumber bacaan di antara gunungan sampah, karena untuk membeli buku itu adalah hal yang mustahil.

Bagi Sopeap, “Literatur itu unik. Untuk memahami literatur, kau harus membacanya dengan menggunakan nalarmu, tapi juga harus menafsirkannya dengan hatimu. Keduanya dipaksa untuk bekerja sama dan, terus terang, keduanya sering kali tidak sejalan.” (hlm. 88)

Dalam mengajarkan Sang Ly, Sopeap banyak mengutip kata-kata pengarang dunia seperti, Lewis Carroll, Coleridge, Robert Louis Stevenson, Carl Jung, dan lain-lain. Hal itu membuat pembaca dapat menambah wawasan tentang sastra dunia.

Meskipun Sang Ly dan Sopeap telah menjadi guru dan murid, tapi banyak hal yang tidak diketahui Sang Ly tentang gurunya itu. Semakin hari Sang Ly semakin penasaran tentang jati diri Sang Guru. Sang Ly masih tidak bisa mencerna mengapa orang sepintar Sopeap bisa berada dan tinggal di tempat pembuangan sampah.

Kebingungan Sang Ly mulai menemukan jawaban di akhir-akhir bab buku ini. Ternyata satu hal yang membuat Sang Ly dan saya sebagai pembaca penasaran tentang Si Penagih Sewa terjawab di halaman 238. Dengan kemampuannya membaca, Sang Ly mulai merasakan hidupnya mulai menjadi cerah. Tak masalah kau tinggal di mana, yang penting bagaimana kau menjalani hidup.

Meskipun akhir ceritanya kurang memuaskan, penulis mampu mengakhiri cerita dengan indah. Novel berdasarkan kisah nyata ini sangat cocok menjadi pilihan bacaan bagi kalian yang menyukai tema keluarga dan literasi.

Judul                : The Rent Collector

Penulis             : Camron Wright

Penerbit          : Mahaka Publishing

Terbit              : Juni, 2019

Tebal               : 407 halaman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *