Cerpen Endang Noviya Damayanti: Aku Adalah Duniaku

Ananda Putri Humaira. Wanita kelahiran Jakarta, 26 November 1992. Nanda sapaan sehari-harinya. Nanda adalah seorang gadis lulusan DIII Kebidanan di salah satu perguruan tinggi di kotanya.

Sejak kelulusannya, Nanda bekerja di sebuah klinik dokter spesialis kandungan. Nanda bekerja tidak pernah mempertanyakan soal gaji. Pengalaman adalah yang ia harapkan. Karena baginya pengalaman adalah satu satu yang paling berharga daripada gaji.

Sudah satu tahun Nanda bekerja di klinik itu. Alhamdulillah sesuai dengan apa yang Nanda harapkan. Bukan hanya banyaknya pengalaman yang ia dapatkan, tapi gaji yang cukup untuk kebutuhan sehari-harinya. Jika lebih, Nanda akan memberikan sedikit penghasilannya kepada ibunya.

Namun setelah bekerja selama satu tahun. Nanda justru memutuskan resign dari pekerjaanya. Dengan satu alasan, klinik tempatnya bekerja akan tutup. Sebab dokter tempatnya bekerja meninggal sebulan yang lalu. Ini bukan semata-mata kesengajaan. Tapi Nanda mengatakan jika dirinya merasa lelah dengan pekerjaannya yang tak kenal waktu jika pasien banyak. Nanda merasa tenaganya terforsir siang malam. Bahkan Nanda kerap kali jarang pulang ke rumah karena harus lembur dengan pasien yang akan bersalin.

Setelah Nanda resign dari pekerjaannya, Nanda tidak lagi mencari pekerjaan baru. Bukan karena tabungan yang ada ia merasa cukup, tapi sepertinya Nanda memiliki niat dan pemikiran lain. Menjadi seorang tenaga kesehatan khususnya bidan bukanlah pekerjaan yang mudah. Terutama saat penanganan persalinan. Pasien yang datang tidak terduga, kapan saja pekerjaan ini insya Allah mulia. Dan tidak semua orang mampu berada di posisinya.

Ya, benar saja, satu bulan ia tak menyandang status sebagai bidan klinik. Nanda justru mencoba hal baru. Ia belajar dari seorang sahabat yang juga seorang bidan. Nanda mulai memanfaatkan gadget untuk berjualan online. Produk pertama yang Nanda pasarkan adalah kosmetik dan gamis. Alhamdulillah sebagai pemula di dunia bisnis Nanda cukup mampu menjual berbagai kosmetik dan gamis brand lokal. Dengan keuntungan yang lumayan. Nanda tidak berhenti sampai di situ. Hasil penjualannya dijadikan modal untuk usaha lain.

Meskipun ia seorang pemula dalam bisnis online, ia tidak mau sembarangan dalam mencari supplyer atau distributor produk yang akan dipasarkan. Karena khawatir orang tersebut justru tidak amanah. Alhamdulillah memasuki enam bulan bisnis online-nya berjalan. Meskipun belum menunjukkan nilai omset yang wah, tapi Nanda sudah cukup dikenal oleh temannya khususnya pelanggan di kotanya. Bukan cuma hijab. Nanda terus mencari produk baru yang menurutnya dicari banyak orang. Dengan semangat pantang menyerah, Nanda bersyukur bisa mempunyai pendapatan setiap hari untuk sehari hari.

Sejak dulu, Nanda memang anak yang mandiri. Bukan berarti tidak butuh orangtua. Tapi Nanda memiliki jiwa pantang menyerah sebelum mencoba. Nanda berasal dari keluarga broken home. Meski sampai saat ini orangtuanya masih ada, namun ibu bapaknya sudah berpisah sejak lama. Dia merasa kehilangan kasih sayang. Meskipun persoalan sekolah dan kuliah masih mendapat perhatian dari kedua orangtuanya namun dia tidak merasa cukup begitu saja. Bersyukur masih memiliki kedua orangtua, tapi tidak dalam kondisi seperti itu.

Nanda sangat senang menolong sesama. Saking baiknya, dia dipercaya oleh seorang teman yang sudah seperti kakak sendiri, untuk tinggal bersamanya di sebuah rumah kontrakan. Diapun merasa lega dan tenang. Tidak berniat kabur dari rumah orangtua. Dia hanya muak dengan pertengkaran kedua orangtuanya yang tak kunjung reda.

Setelah lulus dari pergurusn tinggi satu satunya orang yang selalu memberinya support adalah Hafiz kekasihnya. Hafizlah tempatnya bercerita dan berkeluh kesah, sebab Hafiz tahu pasti kondisi keluarga Nanda seperti apa.

Selama ini, baru Hafiz yang bisa mengerti keadaan Nanda. Tapi parahnya, kedua orangtua Nanda tak menunjukkan sikap baik terhadap Hafiz. Mereka seperti tidak menyukai hubungan Nanda dan Hafiz. Entah apa sebabnya. Mungkin juga karena pangkat Hafiz yang rendah dan tak selevel dengan anaknya yang seorang sarjana.
Tapi Nanda dan Hafiz tidak goyah. Mereka tetap pada pendirian hubungan mereka yang sudah konsisten sejak awal, akan menuju jenjang pernikahan.

Benar saja. Sudah memasuki usia 4 tahun hubungan Nanda, namun Hafiz tak juga melamar Nanda pada orangtuanya. Tapi Nanda tetap bersabar, mungkin banyak hal yang perlu Hafiz persiapkan. Mengingat Hafiz adalah seorang prajurit TNI yang mana mengurus nikah secara dinas tidaklah mudah.

Saat itu memasuki bulan Oktober. Bulan kenaikan pangkat Hafiz. Sebelumnya mereka sudah mempersiapkan surat menyurat yang akan dibawa untuk pengajuan nikah dinas.

Tapi apa hendak dikata. Justru kebobrokan Hafiz yang Nanda temukan. Feeling kedua orangtua Nanda tepat. Wajar saja jika mereka tidak menyetujui hubungan Nanda dan Hafiz. Tidak ada orangtua manapun yang ingin anaknya tidak bahagia apalagi dalam pernikahan.

Selama 4 tahun ini. Hafiz sama sekali belum memperkenalkan Nanda pada orangtua atau keluarganya. Nanda tidak pernah menaruh curiga pada kekasihnya itu. Karena rasa sayang Nanda yang sudah melebihi apapun. Nanda percaya dengan Hafiz.

Saat itu, Nanda dan Hafiz bertengkar hebat. Kemudian Hafiz pergi dan meninggalkan handphone-nya, entah sadar atau tidak. Hal itu justru menyulitkan Nanda berkomunikasi dengan Hafiz. Selama ini Nanda tidak pernah mencurigai isi handphone Hafiz, bahkan untuk mengeceknya pun Nanda enggan. Tapi itulah kenyataanya. Ternyata Hafiz sudah menikah di luar kedinasannya. Hafiz memilik istri dan satu orang anak perempuan. Itu Nanda ketahui ketika ia mengganti display picture di smartphone Hafiz dengan foto mesra mereka.

Seperti disambar petir. Wanita yang terang-terangan mengakui bahwa dirinya bukanlah saudari Hafiz melainkan istri Hafiz. Ketika Nanda tersadar dan tubuhnya seperti dirasuki setan jahat. Nanda mencoba menghubungi temannya yang juga satu kamar dengan Hafiz, supaya menyampaikan pesan bahwa Nanda ingin bertemu dan mengantarkan ponselnya yang tertinggal.

”Mas, ini handphone-mu kenapa ditinggal? bukankah kamu butuh?” sembari menyodorkan handphone.

“Oh ya, Mas lupa. Kamu nggak marah lagi sama mas?” tanya Hafiz.

“Buat apa marah, hamya membuat wajahku keriput?” jawab Nanda dengan nada kesal.

“Ya sudah, sayang. Nanti malam kita makan di luar ya,” Hafiz menghibur.

“Nggak Mas. Aku pengen kita putus. Dan kamu kembalikan semua barang barang yang ada di kamu.” Nanda meninggalkan Hafiz.
Suasana hening. Tanpa sepatah katapun keluar dari mulut Hafiz. Sepertinya Hafiz mulai menyadari kesalahannya. Nanda meninggalkan Hafiz. Dan sejak itu Nanda benar-benar sudah tidak berhubungan dengan Hafiz lagi.

Perempuan mana yang tidak luka hatinya, ketika gagal menikah. Empat tahun bukanlah waktu yang sebentar. Namun takdir berkata lain. Mereka memang tidak ditakdirkan bersatu. Ada secercah penyesalan di hati Nanda. Kenapa ia tak mengetahuinya sejak dulu, sejak awal, sejak mereka baru mengenal satu sama lain. Kenapa harus sekarang. Di saat hati mulai terpaut erat dengan cinta.

Satu bulan putusnya hubungan Nanda dan Hafiz. Nanda mencoba membuka hati untuk orang baru. Nanda mendapat seorang kenalan lewat media sosial. Dito seorang mahasiswa penerbangan di Surabaya. Dito juga berasal dari Jakarta. Menurut Nanda ini adalah peluang baginya untuk move on. Tidak berharap banyak. Nanda dan Dito menjalin pertemanan hingga tiga bulan. Di bulan ketiga Dito memberi kabar bahwa pendidikannya sudah selesai dan ia akan kembali ke Jakarta.
Tepat di tanggal 9 Februari, Dito tiba di Jakarta. Nanda sempat tidak menyadari kepulangan Dito karna kesibukannya di kantor. Jam istirahat tiba. Nanda membuka ponselnya, membaca pesan dari Dito, mengabari bahwa dirinya sudah sampai di rumah. Alhamdulillah, ucap Nanda dalam hati.

“Lalu kapan kita akan bertemu’?” tanya Nanda.

“Sekarang juga. Tapi maaf, aku ga bisa jemput kamu di kantor, karna ga ada kendaraan di rumah. Gimana kalo kamu main ke rumah, sekalian aku kenalin calon mantu ke Ayah Ibuku, hehe…”

Dengan wajah sumringah, Nanda melaju dengan Honda Beat-nya menuju rumah Dito. Dalam hati Nanda tidak mau mengunjungi Dito yang belum lama dikenalnya. Tapi karena pertemuan pertama ini di rumahnya Dito, Nanda pun bersedia.

Sudah sekitar 8 bulan Nanda dan Dito menjalin hubungan. Nanda bahagia mendapatkan pengganti Hafiz. Meskipun kenangannya bersama Hafiz belum seutuhnya hilang dari ingatan. Alhamdulillah syukur Nanda karena dipertemukan dengan laki laki yang Nanda bisa langsung mengenali keluarganya.

Pada bulan Juni, Dito melamar Nanda. Karena Dito merasa tidak baik jika pacaran terlalu lama. Nanda pun berpikir demikian, ia tidak mau berhubungan lama tapi tidak berujung pernikahan. Pernikahan Nanda dan Dito berlangsung sehari sebelum puasa Ramadhan.

Kedua orangtua Dito dan keluarganya yang baik, membuat Nanda terlena pada kebaikan mereka. Dito yang terlihat sangat sayang dan perhatian, ternyata juga pandai berkhianat. Saat itu Nanda sedang mengandung 24 minggu.

Nanda menemui Dito yang berbeda. Selalu meminta izin keluar rumah untuk bertemu teman-temannya. Perawakannya yang tampan dan perfect tidak membuat Nanda curiga jika suaminya itu masih bergaya seperti jejaka. Ya, Nanda sadar pekerjaan sampingan suaminya adalah seorang DJ. Tidak menutup kemungkinan jika banyak wanita yang menyukai bahkan mendekatinya.

“Tidak, aku tidak boleh stres demi anakku. Mungkin mas Dito memang sedang banyak job sehingga jarang pulang.”

Tapi apa daya, Nanda hanya bisa menghubungi suaminya lewat telepon. Sampai pada suatu hari Nanda mendapatkan sosial medianya diblokir oleh suaminya sendiri. Nanda kacau, Nanda mulai tak bisa tenang. Bagaimana tidak, seorang wanita hamil seharusnya bahagia dan rileks. Tapi ini, justru ia dihadapkan oleh persoalan rumit.

Suaminya sedang bermain api. Wajar saja bila lupa pulang ke rumah dan menemui istrinya. Nanda tidak menyangka, bahwa suami yang dicintai akan berbuat seperti ini.

Usia kandungan Nanda akan memasuki usia 28 minggu. Nanda merasakan kejanggalan seharian itu. Tidak biasanya ia buang air kecil sesering itu. Nanda memaksakan diri pulang ke rumah dengan mengendarai sepeda motornya.

Sesampainya di rumah, tepat pukul 16.00 Nanda merasakan mulas. “Tidak mungkin aku akan melahirkan. Usia kandunganku baru akan memasuki usi 28 minggu. Dan besok adalah acara tujuh bulananku.”

Tepat pukul 17.45 ibu dan adik Nanda datang. Dengan tanpa persiapan apapun. Benar saja Nanda akan melahirkan. Ditolong oleh dua orang bidan terdekat, Nanda melahirkan bayi premature berjenis kelamin laki laki dengan berat badan 1.600 gram. Alhamdulillah. Meski tidak didampingi Dito, Nanda sangat kuat. Ia melewati proses kelahiran normal itu dengan bahagia, dokter dan bidan mengatakan ini penyebab Nanda yang terlalu stres sehingga mengalami kontraksi dini.

Tidak perlu menunggu lama. Nanda mengajukan gugatan perceraian terhadap Dito. Nanda harus mengikhlaskan pernikahan impiannya kandas di tengah jalan.
Kini Nanda menjalani hari-harinya dengan bahagia tanpa beban. Ia mulai membuka usaha mandiri menjadi pengusaha offline maupun online. Nanda tidak mau dipandang rendah oleh seorang lelaki.


Photo by engin akyurt on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *