Bapak Ojol dan The Avangers

Saya bayangkan mereka menggunakan kostum Avengers. Dadanya membusung, kepalanya tegak berdiri, berjalan menatap ke depan. Tak ada rasa takut, sebab kita kuat jika kita bersatu, bersama melawan angkara murka.

***

TONY STARK: You know what I need? I need a shave. And I believe I ever remember telling you this…

James Rhodes: Tony, Tony, Tony…

Tony Stark: …why that otherwise, that what we needed was a suit of armor around the world! Remember that? Whether it impacted our precious freedoms or not, that’s what we needed.

Steve Rogers: Well, that didn’t work out, did it?

Tony Stark: I said we’d lose. You said, “We’ll do that together too.” Well, guess what, Cap? We lost, and you weren’t there. But that’s what we do, right? Our best work after the fact? We’re the Avengers? We’re the Avengers. Not the Prevengers, right?

James Rhodes: Okay, you made your point. Just sit down, okay?

Tony Stark: Okay. No, no, here’s my…

[pointing to Carol]

Tony Stark: She’s great, by the way. We need you. You’re new blood.

James Rhodes: Just sit down.

Tony Stark: Bunch of tired old wheels. I got nothing for you, Cap. I’ve got no coordinates, no clues, no strategies, no options. Zero, zip, nada. No trust, liar.

[he rips off his reactor and puts it in Steve’s hand]

Tony Stark: Here, take this. You find him and you put that on. You hide…

[he collapses]

James Rhodes: Tony!

Tony Stark: I’m fine.

***

Bagi yang sudah menonton film fenomenal ini, tentu dialog dua tokoh Avengers, Tony Stark dan James Rhodes ini menunjukkan betapa persahabatan, perjuangan, kesetiaan, tidak dapat dipisahkan begitu saja.

Dunia fiksi mampu membawa jiwa kita mengembara dan menyeruak ke dalam relung terdalam batin kita. Betapa tidak, serunya pertarungan demi pertarungan sejak “Infinity War” telah membuat Avengers nyaris kehilangan kepercayaan. Sebaliknya Thanos semakin percaya diri. Pun kita, seolah kita terbawa suasana, apapun yang terjadi Avengers harus bersatu agar bisa menyelamatkan bumi.

Bagaimana rasanya para superhero merasakan perang batin dalam diri mereka dengan masa lalunya yang tiba-tiba muncul, dan di saat bersamaan bumi membutuhkan kehadiran mereka. Hati kita diaduk-aduk, dalam sebuah suguhan epik, berbalut ketegangan, dan kisah dramatik sepanjang tiga jam lebih durasinya. Maka, tidak salah kiranya penonton berbondong-bondong ingin menyaksikan bagaimana Avengers bertarung mempertahankan bumi dari amukan Thanos.

Beberapa waktu lalu, dalam dunia nyata, saya bertemu seorang “Avenger” berkostum ojek online (ojol). Pagi-pagi sekitar pukul 6.30 WIB saat saya mau berangkat kerja,  hujan mengguyur Kota Citayam (Baca: Gotham City) hahaha…

Begini ceritanya.

Seperti biasanya saya berangkat menggunakan ojol sebagai transportasi yang efektif dari rumah menuju Stadela (Stasiun Depok Lama – Old Depok Station). Pukul 06.00 saya sudah memesan Ojol melalui aplikasi daring. Hujan tiba-tiba turun begitu derasnya, terkejut dan terheran-heran, karena tak satu pun ojol yang merespons orderan. Saya ulang berkali-kali sama hasilnya, nihil. Saya lihat jam di ponsel menunjukkan pukul 6.25 WIB. Lalu, tiba-tiba Ping! Orderan saya masuk. Alhamdulillah, batin saya, tapi hujan masih deras menyiram bumi. Tak sampai tiga menit, driver ojol saya tiba di depan rumah. Dengan sigap dia turun dan menyerahkan seperangkat alat shola, eh setelan jas hujan untuk saya pakai. Singkat cerita, biar efek dramatisnya nggak berkelanjutan, kami berangkat dalam balutan jas hujan plastik tembus pandang. Nggak apa-apa, yang penting aman dan tidak basah, kata saya.

Dalam perjalanan menuju Stadela, saya penasaran lalu bertanya, “Kok hujan-hujan begini, bapak masih mau terima orderan, sementara yang lain pada menolak?”

Dalam rembesan hujan pagi yang dingin itu, hati saya terbakar malu. Betapa tidak, kata-katanya yang singkat dan sederhana membuat sudut mata saya panas berkaca-kaca. “Kasihan, pegawai-pegawai yang pengin kerja bisa terlambat, jika nggak ada yang mengantar,” jawabnya.

Dada saya bergemuruh, dan tak terasa air mata saya mengalir dan menyatu dengan air hujan di pipi. Subhanallah, betapa mulianya hati beliau. Saya tercenung lama, sampai si Bapak ojol menghentikan motornya, “Pak, sudah sampai.”

Saya terkaget. Lalu, saya amati dari dekat, usianya sekitar setengah baya, atau mungkin sekitar enam puluhan. Melihat saya mengamatinya, si Bapak lalu nyeletuk, “Iya, Nak, saya ngojek untuk ngisi waktu saja. Ngisi waktu pensiun, sambil bantu-bantu orang.”

Dada saya kembali bergejolak, saya seka muka saya yang basah. “Terima kasih, Pak,” kata saya sambil menyerahkan selembar rupiah.

Dalam perjalanan di dalam commuter saya kembali teringat sama si Bapak Ojol, sosok Avenger abad ini. Betapa mulianya niat beliau “berjuang” untuk membantu orang. Jika dilihat dari penghasilan sekali antar seperti saya tadi, maksimal hanya dapat sepuluh ribu rupiah, plus bonus poin. Beliau rela berhujan-hujan, sementara yang lain yang mungkin lebih muda lebih kuat, memilih untuk menolak orderan calon penumpang.

Sesampainya di kantor, saya masih tercenung. Masih ada oarng-orang berhati mulia di sekitar kita. Lalu, saya ingat gaji saya. Uang yang dititipkan rakyat kepada negara, untuk membayar kerja kita, jauh berlipat-lipat, bahkan mungkin mampu membeli motor si Bapak tadi. Sudut mata saya kembali basah. Betapa kurang ajarnya saya, jika saya masih bermalas-malasan dan bermain-main dalam bekerja. Apalagi lembaga tempat saya bekerja, mirip dengan kantor Avengers. Kantor dimana berisi para pejuang penegak hukum dan keadilan.

Saya ingat Thanos, ingat Loki saudara Thor, dan semua musuh-musuh The Avengers, yang berasal dari planet berbeda. Saya terbangun, saya lihat sekeliling saya. Orang-orang berseliweran dengan kesibukan masing-masing. Saya bergegas keluar gedung, sepanjang jalan saya lihat kawan-kawan saya masih sama. Semua dari planet yang sama. Bendera Merah Putih dan Garuda yang sama.

Saya bayangkan mereka menggunakan kostum Avengers. Dadanya membusung, kepalanya tegak berdiri, berjalan menatap ke depan. Tak ada rasa takut, sebab kita kuat jika kita bersatu, bersama melawan angkara murka.

“Aku terus mengatakan pada semua orang bahwa mereka harus bergerak dan tumbuh. Beberapa melakukannya. Tapi bukan kita. ” – Steve Rogers, Avengers: Endgame.


Photo by Javier García on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *