Kisah Anak Zaman Now

Penulis: Cicih Mulyaningsih


Matahari sore mulai beranjak semakin merah. Kulihat jam dinding kantorku. Tak terasa waktu sudah hampir menunjukkan pukul lima sore. “Hmm, sudahlah aku selesaikan besok lagi saja soal-soal ini,” batinku. Dengan sedikit terburu-buru ku tutup hasil pekerjaanku di netbook. Kurapikan semua barang-barang di atas meja kerjaku. Hari ini aku pulang terlalu sore, terbayang wajah anak-anakku di rumah. Pasti mereka sudah menunggu kedatanganku. Terbentuk sunggingan senyum yang samar di wajahku saat membayangkan wajah-wajah mereka yang lucu, yang kadang bikin kesel tapi ngangenin.

Hanya butuh 10 menit perjalanan naik motor untuk sampai di rumahku. Aku tak melihat mereka di pintu gerbang, bahkan di halaman rumah pun mereka tidak ada. Biasanya sore-sore begini mereka sedang asik berlarian dengan teman-temannya di depan rumah.

”Tumben, biasanya mereka menyambutku,” pikirku sedikit heran. Aku membuka pintu yang sedikit terbuka. Benar saja, kakak beradik ini sedang sibuk berdua di pojok ruang keluarga.

Kakaknya bernama Iqbal, sudah sekolah di TK B. Adiknya bernama Alitha masih berumur tiga tahun dan belum aku sekolahkan. Biarlah belajar kehidupan dan pergaulan di rumah saja dulu. Kasihan kalau sekolah khawatir malah capek dan tidak enjoy.

Sehari-hari Alitha diasuh oleh asistenku yang umurnya lebih tua dari aku. Alhamdulillah pengasuh Alitha ini sangat bertanggung jawab dan sangat perhatian dan sayang terhadap anak-anak. Sehingga aku tidak terlalu khwatir saat meninggalkan anak-anak setiap hari kerja.

“Sayang, lagi apa? Umi sudah pulang niiih….” teriakku sambil penasaran mendekati.

“Khusyuk bener. Lagi pada ngapain sih?” batinku.

Saat kudekati ku lihat si kakak sibuk ngaduk-ngaduk sesuatu di gelas plastik. Alitha ikut ngintip-ngintip isi gelas yang dipegang kakaknya. Di depan mereka ada sebuah tikus karet berwarna putih, tergeletak pasrah. Jika bernyawa, tikus ini mungkin sedang baper…dag dig dug ser….siap-siap dieksekusi sebagai bahan percobaan tanpa pendampingan. Selidik punya selidik, ternyata mereka berdua sedang sibuk on urgent proyek. Istilah keren dan so penting buat mereka.

“Ngapain kak? Ini apa?” tanyaku sambil kupegang tikus karet putih tersebut.

“Ini mi, kata tukang abang mainan, tikus putih karet ini akan mengembang lebih besar jika direndam dalam minyak tanah!” Jelas Kakak Iqbal sambil tetap mengaduk-aduk cairan dalam isi gelas tersebut.

“O begitu. Maksudnya Kakak Iqbal ingin mencoba ya?” kataku sambil sedikit heran.

“Iya…” jawab kakak Iqbal singkat.

“Waaah hebat. Kakak sedang melakukan percobaan ya….” pujiku sambil tertawa.

“Lalu minyak tanahnya mana kak? Itu yang di gelas? Kok dari tadi diaduk-aduk terus?” aku menyelidik.

Aku heran, perasaan minyak tanah susah didapat zaman sekarang. Dari mana mereka dapat? Apa tukang mainannya juga jual minyak tanah? Aku semakin heran ketika ku lihat juga ada seonggok tanah di depan mereka.

“Ini minyak tanahnya mi….” sahut Kakak Iqbal sambil menunjukkan gelas tersebut. Aku mengambil gelas yang disodorkan kakak dan melihat isinya.

“Kok gak ada bau bau minyak tanah ya…?” batinku makin heran. Sejenak aku berpikir, lalu tertawa keras-keras.

“Ha ha ha… Ini minyak tanah buatan kakak?”

Mereka berdua mengangguk sambil tersenyum bangga. Rupanya isi dalam gelas itu adalah ‘minyak tanah’ ciptaan mereka, yaitu campuran minyak goreng dan tanah yang diambil dari halaman.

Ya Allah, kasihannya anak-anak zaman now. Mereka nggak tahu dan nggak pernah lihat benda yang bernama minyak tanah. Aku merasa bersalah juga, mereka melakukan percobaan mandiri tanpa pendampingan, berjalan sesuai imajinasi mereka saja. “Helloooow, orang tua macam mana aku ini?”

Aku terpingkal-pingkal. Meskipun begitu, aku kagum dengan rasa ingin tahu kakak dengan melakukan percobaan tersebut. Aku kagum dengan cara berpikir kreatif mereka dengan mengambil kesimpulan sendiri bahwa minyak tanah itu adalah campuran antara minyak dan tanah. Aku sangat merasa bersalah kepada mereka, tidak pernah memperkenalkan tentang minyak tanah sesungguhnya. Aku merasa bersalah kepada mereka, lalai memberikan pembelajaran dan tambahan pengetahuan, sehingga mereka mencari dan belajar sendiri.

“Ya Allah, Nak. Maafkan umimu ini…”

Minyak tanah atau Kkrosin adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Dia diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada 150 °C dan 275 °C (rantai karbon dari C12 sampai C15). Pada suatu waktu dia banyak digunakan dalam lampu minyak tanah tetapi sekarang utamanya digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (lebih teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8).

Biasanya, minyak tanah didistilasi langsung dari minyak mentah membutuhkan perawatan khusus, dalam sebuah unit merox atau hidrotreater, untuk mengurangi kadar belerang dan pengaratannya. Minyak tanah dapat juga diproduksi oleh hidrocracker.

Penggunaanya sebagai bahan bakar untuk memasak terbatas di negara berkembang, setelah melalui proses penyulingan seperlunya dan masih tidak murni dan bahkan memilki pengotor (debris).

Avtur (bahan bakar mesin jet) adalah minyak tanah dengan spesifikasi yang diperketat, terutama mengenai titik uap dan titik beku.

Di Indonesia, minyak tanah digunakan untuk mengusir koloni serangga sosial, seperti semut, atau mengusir kecoa. Selain itu, beberapa pembasmi serangga bermerek juga menggunakan minyak tanah sebagai komponennya.


Editor: Lufti Avianto

Photo by Manu M. on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *